Yang salah dengan Linux?

What's Wrong With Linux?

Dari dulu, ada banyak pertanyaan tentang kenapa Linux tidak banyak dipakai dalam komputer desktop.

Ada banyak teori yang menjelaskan kenapa hal itu bisa terjadi, mulai dari teori konspirasi, mitos-mitos tidak benar, dan lain-lain.


Mungkin teori-teori itu gak salah, tapi saya punya teori sendiri yang sama sekali tidak rumit apalagi berbelit-belit. Teori saya adalah seperti di bawah ini.

Linux = Internet

Sistem operasi Linux itu bagus, saya yakin dengan fakta itu. Lebih dari sembilan puluh persen dari komputer tercepat di dunia menjalankan Linux, server Google, Yahoo, Facebook, dan jutaan website lainnya menjalankan Linux. Linux juga ada di mana-mana, di smart TV, di smartphone, banyak benda yang ada embel-embelnya smart juga mengandung Linux di dalamnya. Termasuk smart scoop yang jadi satu dalam sebuah sistem bernama Precision Guided Firearm. Senjata pintar yang bisa bikin amatiran jadi agak pro.

Yang di atas itu Senjata yang punya asas, Linux Inside.

Silahkan kunjungi “http://tracking-point.com/precision-guided-firearms” untuk keterangan lebih lanjut.

Lalu kok bisa sitem yang sepintar itu tidak diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari pada komputer desktop di rumah atau kantor.

Jawabannya gampang. Sudah saya sebut di atas kalau Linux = Internet. Jadi kalau tidak ada Internet tidak ada Linux. Tidak ada linux tidak bagus. Secara global.

Kenapa seperti itu?

Mau tidak mau saya harus mengakui kalau ini adalah salah satu kelemahan terbesar Linux saat ini. Koneksi internet. Lemahnya bukan karena Linuxnya tapi internetnya.

Sistem share library milik Linux memang punya banyak kelebihan, salah satunya adalah ukuran paket aplikasi jadi jauh lebih kecil. Tapi, selain nilai positif tadi, sistem itu juga membawa nilai negatif. Terutama bagi mereka yang tidak mempunyai koneksi internet dan pengetahuan yang cukup untuk memperbaiki sesuatu kalau hal yang salah terjadi.

Sumber : Pengalaman Pribadi.

Saat pakai Windows berapapun, kalau seseorang ingin menginstall sebuah software ke komputernya. Mereka bakalan ngopi dari temen, beli CD kalo punya uang dan, download dari internet kalo kepepet. Plus cari crack, keygen, atau serial kalo-kalo softwarenya berbayar dan kita gak ada niat buat ngeluarin uang atau malah punya uang tapi gak tahu cara bayarnya.

Kalo kita pake Linux kita gak perlu semua itu. Yang kita perlu lakukan hanyalah buka software center, packet manager, atau terminal lalu tulis beberapa kata dan semua langkah-langkah di atas bakalan dilewati begitu saja.


Perbandingannya bisa dilihat di bawah ini.

Yang di bawah ini adalah contoh kalau kita download softwarenya dari internet dengan anggapan kalau softwarenya adalah free.

Install Software di Linux Install Software di Windows
Ketik salah satu command di bawah ini di terminal tergantung Distro Linuxmu.
  1. Yum install nama aplikasi
  2. zypper install nama aplikasi
  3. Apt-get install nama aplikasi
  4. Lanjutannya cari sendiri di wiki.


Atau yang kedua. Buka packet manager atau software center di Distro Linux masing-masing. Setelah klik install, kasih password abis itu tungguin.




Web Softwarenya apa ya? Googleing dulu ah.
Ketemu nih! Download ah.
Tungguin download sambil facebookan.
Udah dapet install ah!
Klik “setup.exe”
Next
Next
Install Toolbar gak ya?
I Accept
Install quick launch gak ya?
Start on startup gak ya?
Install desktop shortcut gak ya?
Tahu ah? Next, next, next
Abis finish dan tau-tahu ada aplikasi gak jelas di mana-mana, desktop, quick launch, startup, browser.

Kalo software yang diinstall itu berbayar tabelnya bakal lebih panjang.

Tapi semua kemudahan itu hanya bisa kita nikmati kalau kita punya koneksi internet yang reliable dan unlimited. Kalau tidak, kita malah akan jadi repot, pusing, dan kesel pas nginstall.

Masalah itu adalah sesuatu yang disebut dengan dependensi alias ketergantungan.

Satu file bergantung pada file lain, sedangkan satu paket bergantung pada paket lain. Untuk menyelesaikan masalah itu secara manual bukan hanya diperlukan otak yang agak encer tapi juga waktu dan niat yang tulus dari dalam hati. Dan kebanyakan orang sudah malas dan tidak terlalalu memikirkannya sehingga langsung pake jalan pintas. Install ulang.

Sebab semua software ada di repositori mau tidak mau kita harus mendownloadnya. Jika maksa, instalasi paket dan dependensinya dengan cara manual tidak selalu berhasil dan berakhir dengan ending yang baik.

Masalah yang seperti itu juga bakalan ilang sendiri seiring berjalannya waktu. Untuk sekarang solusinya, cari wifi terus tulis airmon-ng. If you know what i mean.

Tapi maslaah utamanya bukan itu.

Masalah utamanya adalah semua informasi yang berhubungan dengan Linux kebanyakan berasal dari internet dan bahkan mungkin hanya ada di internet. Lalu internet itu sendiri bukan hal yang murah dan terjangkau berbagai kalangan.

Kalo orang yang nggak tahu Linux tanya ke orang yang nggak tahu Linux, apa yang bakalan mereka pikirkan tentang Linux.

  1. Linux itu susah : standart banget.
  2. Linux itu gak keren isinya teks doang : sekarang 2014 bung.
  3. Linux itu buat programmer kelas teri dan geek : Teri dari Hongkong.
  4. Linux itu nggak bisa buat desain, editing dlllllllllll : Nonton TITANIC mas! Atau yang ini “https://www.youtube.com/watch?v=HomAZcKm3Jo”


Yang di atas dibikin pake blender.


Ujung-ujungnya orang yang mau nyoba minggir terus kasih tahu temenya. Bahkan ada kasus di mana orang gak tahu kalo di Linux ada office sutenya.

28 Agustus 2013

Temen : Nih di Linux Om ada Windowsnya gak?
Saya : Ada sih, mau ngapain emangnya?
Temen : Mau ngedit dokumen.
Saya : Ngedit aja, di Linux juga bisa kok.

Di sini saya udah siapin jawaban kalo-kalo dia bilang “nggak bisa pake Libreoffice/Openoffice”, karena kebanyakan dokumen masih pake standar .DOCX jadi saya siapin Office 2010 pake Wine.

Tapi malah dia bilang sesuatu yang saya gak pernah saya pikirin.

Temen : Saya gak bisa ngedit pake Python Om!

What?

Python?

Sebenernya saya mau balik tanya “emangnya situ tahu Python itu apa?” tapi gak jadi. Selain itu juga ada kasus di mana saya nunjukin Unity ke temen terus ada yang bilang “Windows 8 ya?”, terus dosen yang nerangin kalo di Linux itu Officesuitenya itu StarOffice (tahun berapa itu) dan masih banyak lagi.

Dari semua itu saya jadi dapet kesimpulan kalo orang gak pake Linux dikomputer mereka bukan karena alasan jadul “saya gak bisa” atau alasan standart “Linux itu susah” apalagi alasan aneh macam “Linux gak ada ini, Linux gak ada itu” tapi karena alasan logis yang bilang “Linux itu apaan sih?”

Nggak kayak Windows 8 yang iklannya ada di mana-mana tapi lakunya dikit, Linux bahkan belum pernah kelihatan iklannya di TV ataupun media cetak. Di Indonesia.

Yang kurang dari Linux adalah Informasi karena semua informasi itu ada di internet. Jadi, kalo internet itu murah dan saya harap gratis, saya yakin seratus persen kalo pengguna Linux bakal meningkat. Saya gak bilang kalau Linux akan jadi mainstream tapi minimal Linux gak akan jadi seperti sekarang. Pahlawan tanpa tanda jasa.

Terima kasih sudah membaca.

Komentar

  1. Kreatif sekali. Saya merasa kita kekeringan artikel segar macam ini. Artikel ini membuat saya senang membacanya. Jarang sekali saya betah membaca posting-posting dalam 1 blog dan memberikan komentar lebih dari 1 semacam ini. Saya suka kalimat terakhir di paragraf terakhir. Saya seringkali lebih menyukai tulisan yang membawakan kenyataan-kenyataan. Jangan lupa untuk memberikan artikel ini kepada yang membutuhkannya, Kang.

    Koreksi: untuk kalimat pertama, tata bahasa dari Bahasa Inggris yang betul adalah "what is wrong with Linux" dan penutur Inggris sendiri sering menggunakan pola singkatan "what's wrong with Linux".

    BalasHapus
  2. Ah, satu hal lagi. Sebaiknya akang menyertakan sumber-sumber yang menyatakan bahwa Google, Yahoo!, dan lain-lain itu menggunakan Linux di servernya. Hal ini penting sekali untuk mengantisipasi banyak kemungkinan di masa mendatang.

    BalasHapus

Posting Komentar