Murah atau Murahan?

Barang mahal itu bagus, kualitasnya terjamin dan awet.


Secara umum statement itu memang tidak salah, stetement itu terus tertanam dan dibawa sampai ke dunia di mana era digital sudah jadi bagian dari hidup.


Sayangnya saya mau bilang, kalau rumus yang menyebutkan barang mahal itu barang bagus tidak sepenuhnya benar dalam dunia komputer. Di dunia komputer ada banyak software berbayar yang fiturnya cuma itu-itu aja, lalu ada juga software yang gratis tapi punya lebih banyak fitur daripada yang berbayar.


Mindset yang ada sekarang adalah.


-Mahal itu bagus.
-Dengan alat yang bagus saya bisa menghasilkan karya yang bagus.


Begitu.


Mari kita kesampingkan dulu masalah legalitas software dan saudara-saudaranya, sebab sudah jadi rahasia umum kalau bajak-membajak itu lama jadi budaya di seluruh dunia. Bukan cuma Indonesia.

Ok. Saya mengakui kalau sofware yang bagus memang mempengaruhi hasil dari sebuah karya tapi mari jangan berpikir naif kalau yang membuat sebuah karya jadi bagus adalah softwarenya. Faktor utama yang membuat sebuah karya bagus atau tidak adalah “PEMBUATNYA”.





Karya di atas dibuat bukan menggunakan software berbayar mahal yang harus dicari crack dan keygennya, tapi sebuah software gratis yang tinggal didownload dan diinstal. Kalau ada yang penasaran, nama software di atas adalah Krita. Software ini bukan dibuat untuk melakukan photo editing, melainkan untuk digital painting. Kayak Corel painter sama SAI.

Ok kembali ke pembahasan sebelumnya.


Kalau pembuatnya kreatif dan mampu menguasai alat yang dipakainya, maka hasilnya akan bagus tapi kalau pembuatnya tidak kreatif software macam apapun sama sekali tidak akan bisa membantu.


Saya sudah agak bosen dapat pertanyaan “aplikasi yang bagus buat ini apa ya” atau yang sejenisnya. Bagus itu standartnya apa? kalau menurut saya bagus itu adalah sesuai kebutuhan. Dan yang saya butuhkan adalah, apa yang saya perlukan ada dan gampang diakses lalu cepet, itu namanya bagus menurut saya.


Saya sering lihat ada yang menginstal photoshop dalam komputer di tempat photocopy atau percetakan kecil. Normalnya, gak ada satupun dari mereka yang butuh photoshop. Dari pengalaman saya, paling mereka cuma pake buat layouting sederhana atau yang paling populer bikin foto 2x6, 3x4, 1R. 2R dan seterusnya dan seterusnya.

Jadi sebenernya, pake photoshop adalah lebih dari sekedar berlebihan.

Gak ada yang manfaatin 3Dnya dan gak ada yang make brushnya. Fitur yang segugang cuma buat simpanan aja. Kalau dari prespektif saya, untuk mereka-mereka ini photoshop sama sekali bukan software yang bagus. Apalagi kalau harganya harus benar-benar dibayar, sudah saya jamin gak akan ada yang mampu bayar bulanan cloud creativenya Adobe.




Kalau emang keperluannya cuma begitu Paint.net adalah pilihan yang paling rasional. Selain gratis, ukuran installernya juga kecil banget. 3.5 MB. Bayangkan, 3.5 MB. Download pake HP juga bisa, terus gak menuh-menuhin Harddisk.

Dengan mindset semacam itu, kebanyakan aplikasi opensource yang rata-rata gratis jadi dipandang sebelah mata dan dianggap tidak kompeten. Padahal nggak kayak begitu. OK, software free yang punya kualitas selangit juga banyak.

Kalau anda tidak percaya, Silahkan lihat kunjungi link ini.

Film itu dibuat dengan sofware opensource gratis. Blender.

Saya cuma mau mengingatkan, kenapa harus melakukan pembajakan software kalau hal itu sebenarnya tidak menjamin anda mendapat hasil yang dimau serta yang free saja sudah lebih dari cukup untuk membantumu. Kalo punya duit dan mau mbayar serta bener-bener butuh sih gak masalah.

Kesimpulan saya sih "Software is just a tool."


Langkah untuk membuat sebuah karya besar bukanlah dengan membajak sofware lalu menggunakannya, tapi dengan menjadi kreatif dan berlatih.

Terima kasih.

Komentar